Jumat, 09 Mei 2008

Penciptaan Eksistensi Diri Melalui Cara Memanggil ”Ibu”

Satu kata yang memiliki makna luar biasa. Makna secara implisit bahwa Ibu adalah perempuan yang mengandung dan melahirkan kita didunia, sehingga bisa menikmati segenap keindahan yang ada. Arti kata “ibu” bahkan dalam makna konotasi pun hingga dijadikan sebagai suatu wilayah, misalnya ibukota propinsi, ibukota negara dan lainnya. Di Indonesia, nampak bagaimana Indonesia dalam artian bangsa pun disebut dengan sebutan “Ibu Pertiwi”. Luas, besar dan nampak indah kata “ibu” menunjukkan bagaimana sangat mengakarnya kata “ibu”, dimana melambangkan bahwa “ibu” adalah sesuatu yang hangat dan mampu mengayomi. Keberadaan kata “ibu” pada konteks diatas memang bukan sesuatu yang tiba-tiba, semua hal tersebut melalui proses panjang.

Dalam budaya masyarakat Patriarki, posisi perempuan dalam suatu masyarakat dianggap dibawah laki-laki. Patriarki dapat dipandang sebagai suatu hubungan sosial, dimana kaum laki-laki mendominasi, mengeksploitasi dan menindas kaum perempuan. Hartman telah mengatakan “kita sebaiknya mendefinisikan patriarki sebagai seperangkat relasi sosial antara kaum laki-laki, yang memiliki basis materiil, dan sekalipun hierarkis sifatnya, mengukuhkan atau menciptakan saling ketergantungan dan solidaritas antar kaum laki-laki yang membuat mereka mampu mendominasi kaum perempuan (Strinati,2007:227). Dalam penjelasan diatas pada akhirnya terdapat pembagian lingkup aktivitas pula yaitu perempuan lebih pada aktivitas domestik, sedangkan laki-laki ada pada sektor publik.

Peran perempuan dalam suatu keluarga memang sangat signifikan. Curahan kasih sayang, kehangatan dan perhatiannya kepada keluarga tidak terukur. Ibu mempunyai fungsi sosialisasi ketika seorang anak mulai mengenal lingkungan, walaupun memang bukan hanya peran ibu, melainkan ayah dan keluarga juga mempunyai kontribusi. Banyak hal yang dilakukan oleh seorang ibu, namun tetap saja posisi ibu selalu dibawah bayang-bayang seorang suami. Kapasitas dan kekaguman atas segala yang terlihat dari ibu memunculkan bahwa ibu adalah sebuah kata bermakna luar biasa. Sehingga seringkali kata “ibu” menjadi sebuah ungkapan atau bermakna konotasi yang berarti terkesan sebagai penjaga keberaturan. Tulisan diatas mencerminkan bagaimana makna sebenarnya dari kata “ibu” dengan penuh peran signifikan dalam kehidupan yang kemudian berkembang menjadi makna konotatif bernilai cukup penting pula.

Makna konotatif maupun denotatif atas “ibu” merupakan sesuatu yang mendalam. Pada masa kini, berkembang bagaimana menyampaikan ungkapan terhadap ibu memang sangat beragam. Misalnya, ”ibu”, ”mama”, ”mami”, ”bunda”, ”mbok’e” (jawa), ”umi” dan berdasar bahasa gaul sekarang ini adalah ”nyokap”. Kesemuanya tersebut memiliki makna yang sama yaitu cara menyapa ibu. Perbedaan cara memanggil ibu ini pun dapat menjelaskan bagaimana relasi sosial yang terjadi pada anak atau keluarga bersangkutan. Walaupun hal tersebut bukan menjadi patokan utama, karena sangat mungkin intervensi kebudayaan setempat yang berkembang memberi pengaruh khusus terhadap perbedaan cara memanggil ibu tersebut.

Perkembangan masa memang ikut andil dalam membentuk kebiasaan dalam cara memanggil ibu. Perkembangan yang terjadi sekarang ini dinamika atau perubahan sosial yang tidak bisa dilepaskan oleh salah satunya perkembangan teknologi informasi. Distribusi informasi beranekaragam dan berasal dari berbagai penjuru wilayah atau dunia serta dari berbagai latar kebudayaan yang berbeda. Hal ini jika dikonsumsi secara massal yang terjadi sangat mungin akan menjadi sebuah trend dan akan diikuti oleh lingkungan secara luas. Ketika ikatan indigeneous culture tidak lagi mempunyai posisi yang kuat, maka yang terjadi adalah kekaburan keaslian dan mengikuti hal yang baru tersebut. Pengikutan trend bisa saja merupakan salah satu fungsi eksistensi seseorang pada lingkungannya. Padahal trend yang ada sekarang ini atau yang diikuti belum tentu sesuai dengan nilai-nilai pada lingkungan yang bersangkutan. Hal ini termasuk pada bagaimana teknologi yang mendistribusikan informasi maupun hiburan mampu mempengaruhi bagaimana cara seorang anak memanggil ibunya.

Kepentingan dalam eksistensi diri pada lingkungan, sekarang ini menjadi suatu hal yang sangat penting. Bahkan, seseorang akan berusaha menunjukkan eksistensinya dengan cara mengikuti perkembangan trend tanpa memperhatikan substansi sebenarnya trend tersebut. Cara memanggil ibu dengan berbagai kata pun mampu memperlihatkan bagaimana lingkungan orang bersangkutan. Pada umumnya masyarakat memanggil ”ibu” dengan sebutan ibu adalah masyarakat kalangan menengah yang berada pada masyarakat pinggiran. Jika di Jawa, terutama di Jawa Tengah dan Yogyakarta, kata ”simbok” atau”mbok’e” masih sering terdengar di daerah pedesaan yang biasanya masih pada lingkungan berstatus sosial menengah kebawah. Namun, memang lebih dominan masyarakat status sosial yang masih belum banyak berkembang. Hal ini disebabkan juga masih minimnya fasilitas maupun sarana yang ada di daerah pedesaan tersebut. Sebutan ”mama” ataupun ”mami” merupakan cara memanggil yang memperlihatkan lingkungan yang bersangkutan lebih modern dan memiliki status sosial menengah keatas. Sebutan ”umi” lebih pada memperlihatkan bagaimana lingkungan keluarga tersebut mengarah pada latar belakang religi. Namun, sekarang ini cara memanggil ”umi” dan ”bunda” mulai disosialisasikan dalam keluarga karena terkesan lebih sopan. Sebutan paling gaul, ”nyokap”, merupakan trend masa kini. Sebutan ”nyokap” ini sebenarnya memiliki implikasi signifikan karena mulai berkurangnya penghormatan terhadap orang tua oleh pengaruh lingkungan.

Mengikuti trend cara memanggil ibu menjadi sebuah simbol guna eksistensi diri terhadap lingkungan. Cara memanggil ”simbok” dan ”mbok’e” mulai ditinggalkan, sebutan tersebut dianggap merupakan hal sudah ketinggalan jaman dan tidak sesuai dengan lingkungan sekarang ini. Masyarakat sekarang ini memang lebih sering menggunakan kata ibu. Walaupun berkembang pula hingga sebutan ”nyokap”, dimana sebutan ini dianggap kurang sesuai dengan karakteristik masyarakat atau kebudayaan ketimuran yang masih menjunjung tinggi penghormatan kepada orang tua, terutama ibu. Sekarang ini panggilan terhadap ibu, pada masyarakat oleh orang tua diarahkan pada ”mama”, ”bunda” dan ”umi” karena panggilan tersebut dianggap lebih sopan dan menunjukkan status keluarga yang lebi terpandang. Namun, makna akan seorang ibu tidak akan berubah walaupun dengan berbagai sebutan terhadap ”ibu”.